Taksi Gabah Congko Cup II: Saat Ibu-Ibu Berdaster Jadi Penonton Paling Meriah di Tengah Sawah

Barru -B88News.id- Di tengah hamparan hijau sawah Congko, Kecamatan Soppeng Riaja, Sabtu siang itu suasananya benar-benar hidup. 

Terik matahari tak menghalangi tawa warga yang tumplek di pinggir lintasan berlumpur menyaksikan Lomba Taksi Gabah Congko Cup II Tahun 2025.

Namun di antara sorak-sorai itu, perhatian banyak orang justru tertuju pada barisan ibu-ibu berdaster yang berdiri di atas pematang. Dengan alas kaki seadanya—ada yang bersandal jepit, ada yang nyeker, mereka jadi penonton paling semangat. 

Setiap kali motor peserta tergelincir di lumpur, suara mereka paling nyaring: antara teriakan kaget, tawa lepas, dan komentar spontan khas ibu-ibu kampung.

“Saya senang sekali, Nak. Lucu! Lihat itu motornya hampir tenggelam!” ujar seorang ibu paruh baya sambil menepuk-nepuk lututnya menahan tawa. Keringat bercampur debu di dahinya, tapi wajahnya berbinar. 

“Sudah lama tidak ada acara seramai ini. Rasanya seperti pesta panen zaman dulu.” katanya. 

Mereka datang bukan untuk mencari hiburan mahal, tapi untuk menikmati kebersamaan, sebuah pesta rakyat sederhana di tengah sawah, tempat tawa mengalir bersama aroma lumpur basah dan suara mesin motor bebek yang meraung tak beraturan.

Wakil Bupati Barru, Dr. Ir. Abustan A. Bintang, M.Si., yang membuka acara, ikut tersenyum melihat antusiasme warga. 

Kegiatan seperti ini bukan hanya hiburan, tapi juga mempererat tali silaturahmi dan menjadi ruang ekspresi masyarakat tani,” ujarnya.

Lomba Taksi Gabah ini memang unik: peserta harus mengebut di lintasan sawah sambil membawa karung gabah di boncengan. Tak jarang mereka terpeleset, jatuh, lalu bangkit lagi dengan wajah penuh lumpur, disambut gelak tawa dan tepuk tangan dari pematang.

Di akhir acara, lumpur menempel di pakaian peserta, tapi tawa menempel lebih lama di hati penonton. Terutama para ibu berdaster di pematang yang mungkin tak sadar bahwa merekalah simbol paling tulus dari kebahagiaan rakyat: sederhana, spontan, dan penuh kehidupan.

Mereka datang dengan daster dan sandal jepit, pulang dengan hati ringan dan cerita yang akan terus diceritakan: tentang hari di mana sawah menjadi sirkuit, dan tawa menjadi bahasa kebersamaan.(SM) 

Posting Komentar untuk "Taksi Gabah Congko Cup II: Saat Ibu-Ibu Berdaster Jadi Penonton Paling Meriah di Tengah Sawah"