Perubahan Masyarakat Bukan Sulap Akhir Tahun: Butuh Rencana Jelas dari Awal!

     Oleh: Sudarto (Dosen PGSD FIP                   Universitas Negeri Makassar)

Di tengah gemerlap kembang api Tahun Baru setiap tahun, banyak orang tersenyum lebar sambil melantunkan janji manis. "Tahun depan, saya akan lebih sehat, lebih rajin bekerja, dan masyarakat kita bakal jauh lebih baik," katanya dalam hati. 

Namun, saat jarum jam menunjuk akhir tahun lagi, janji itu sering lenyap seperti asap kembang api. Mengapa begitu? Karena perubahan masyarakat yang sesungguhnya tak pernah datang begitu saja, seperti hujan deras tanpa awan. Ia butuh program terencana, visi yang tajam sejak hari pertama di Januari, dan langkah tegar hingga Desember tiba.

Bayangkan sebuah kapal melaju di lautan luas tanpa nahkoda atau peta. Ia bisa terombang-ambing oleh ombak, tapi tak pernah bersandar di pelabuhan impian. Begitulah masyarakat kita sering berlayar: hanyut ikut arus, tanpa arah jelas atau tanda perjalanan. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa kemajuan ekonomi dan sosial kita berjalan pelan sekali dalam beberapa tahun belakangan, meski dana pembangunan mengalir deras seperti sungai. Ini bukan nasib buruk, melainkan buah dari rencana yang setengah hati. 

Mari kita kupas bersama: mengapa perubahan butuh fondasi kuat, bagaimana kekosongan akhir tahun lahir dari kaburnya awal tahun, dan jalan keluarnya agar tahun depan tak sama.
Perubahan sosial mirip membangun rumah megah di atas bukit. Tak bisa asal timpuk batu—fondasinya harus dalam dan kokoh, desainnya harus gamblang dari awal, lalu pekerjaan bertahap hingga atap terpasang rapi. Seorang psikolog bernama Everett Rogers pernah menggambarkan proses ini seperti benih yang tumbuh: dari pengetahuan dasar, lalu keyakinan, keputusan, pelaksanaan, hingga panen akhir. 

Tanpa program terstruktur, kebanyakan orang di masyarakat—yang biasa menunggu orang lain duluan—tetap betah di zona aman mereka, tak bergeming.
Nah, jebakan terbesar justru bersemayam di awal tahun. Saat suara dentingan gelas sambut Tahun Baru, kita banjiri diri dengan resolusi kabur: "Mau lebih sehat" atau "Mau hemat lebih banyak." Tanpa rencana harian seperti ikut komunitas lari atau catat pengeluaran bulanan, niat itu luntur seperti salju di musim panas. Survei global menunjukkan mayoritas orang kehilangan semangatnya di pertengahan tahun karena tak ada peta jelas menuju akhir. Di tingkat pemerintah, anggaran negara yang besar sering terhambat proyek mangkrak, seperti dilaporkan pengawas keuangan—semua gara-gara perencanaan awal yang samar. 

Filsuf Islam tersohor Al-Ghazali dalam karyanya yang abadi mengingatkan: perbuatan tanpa niat jelas ibarat anak panah lepas tanpa busur. Di zaman digital, kita bisa pinjam cara raksasa seperti Google: tentukan tujuan besar sejak Januari, lalu ukur langkah kunci setiap bulan. Itu kunci agar akhir tahun bukan pesta kosong, tapi pesta kemenangan yang hakiki.

Contoh sukses ada di mana-mana, seperti negeri kecil Singapura yang dulu kumuh kini jadi bintang dunia. Pemimpinnya merancang program perumahan raksasa dengan visi panjang: survei kebutuhan, bangun bertahap, audit rutin. Hasilnya, hampir semua warga punya atap sendiri. Di Indonesia, program pelatihan kerja digital melonjak pesat karena ada platform online, voucher mudah, dan pantauan ketat—jutaan orang naik kelas ekonomi.

 Kurikulum baru di sekolah-sekolah pun berbunga karena prototipe terbatas dulu, pelatihan guru virtual, lalu dashboard kemajuan. Ini bukti: rencana jelas ubah wajah masyarakat.
Jadi, bagaimana kita mulai? Ikuti alur sederhana seperti sungai yang mengalir: kita rencanakan dulu sejak awal tahun.

Buat peta jalan yang gamblang—tujuan spesifik, bisa diukur, realistis, relevan, dan berbatas waktu. Di tingkat desa atau kelurahan, kita bentuk tim gotong royong untuk target seperti kurangi sampah lewat bank sampah lokal. Pemerintah bisa susun rencana nasional dengan detail per kuartal. Lalu, eksekusi bertahap: pecah jadi milestone bulanan, pakai aplikasi sederhana untuk lacak kemajuan. Di sekolah IPA, misalnya, proyek eksperimen bulanan tingkatkan minat siswa secara nyata. Akhirnya, evaluasi di Desember: bukan sekadar rayakan, tapi renungkan apa yang tercapai, apa rintangannya, lalu perbaiki untuk tahun depan. Pantauan rutin seperti ini bisa pacu efisiensi jauh lebih baik.

Masyarakat kita yang kaya gotong royong punya modal emas. Libatkan masjid sebagai pusat perencanaan, karang taruna sebagai pelaksana, komunitas online sebagai pengingat. Padukan dengan nilai Islam: taqwa bukan tawakal buta, tapi usaha terencana disertai doa.

Akhir tahun bukan penutup bab, melainkan cermin awal tahun kemarin. Jika tahun ini berakhir tanpa ubah nyata, jangan tuduh nasib—introspeksi rencana kita. Masyarakat maju adalah yang diracik matang, dieksekusi gigih, dievaluasi jujur. Mari ganti cerita: dari "tahun baru, mimpi lama" jadi "tahun baru, wajah baru". Dengan program terencana, kita tak lagi penumpang arus—kita kapten yang teguh mengarungi samudra.(*) 

Posting Komentar untuk "Perubahan Masyarakat Bukan Sulap Akhir Tahun: Butuh Rencana Jelas dari Awal!"