REFLEKSI PERJALANAN PENGABDIAN (Mengabdi dengan Hati di Kabupaten Barru 1993–2025)

    

          Oleh: SUHRIMAN, S.Pd, M.Pd

Pengabdian adalah perjalanan panjang antara niat, tanggung jawab, dan ketulusan hati. Ia bukan tentang jabatan yang diraih, melainkan tentang cahaya kebaikan yang ditinggalkan.”

Dari Kapur ke Harapan

Tahun 1993, langkah pertama saya sebagai Aparatur Sipil Negara dimulai di tanah kelahiran Kabupaten Barru, tanah yang subur dan indah dengan semangat pengabdian dan keikhlasan. Dengan tekad sederhana dan hati yang tulus, saya memilih jalan hidup sebagai guru, sebuah profesi yang mungkin tampak biasa, namun memiliki makna luar biasa.

Saya memulai tugas di SDN Lajoangin, sekolah yang menjadi rumah kedua selama 7 tahun. Sebuah Dusun yang terletak di ujung timur kab. Barru, Dusun Lemo, Desa Harapan Kecamatan Tanete Riaja, Berbatasan dengan Dusun Tone' Desa Sadar Kab. Bone. 

Di sana, setiap hari adalah pelajaran tentang kesabaran dan keikhlasan. Saya belajar bahwa menjadi guru berarti lebih dari sekadar mengajar,  itu adalah menyentuh hati anak-anak dengan kasih dan memberi mereka harapan di masa depan. Setiap tulisan di papan tulis adalah doa, setiap langkah menuju kelas adalah pengabdian. 

Perjalanan kemudian berlanjut ke SDN Centre Ele,  Desa Lompo Tengah Kec. Tanete Riaja pada Tahun 2000,  tempat saya mengabdi selama 8 tahun. Di sekolah ini, saya menemukan makna lebih dalam dari profesi pendidik. Saya menyaksikan anak-anak tumbuh, belajar, dan bermimpi. Dari merekalah saya belajar bahwa kebahagiaan sejati seorang guru bukan pada penghargaan yang diterima, tetapi pada senyum keberhasilan murid-muridnya.

Menjadi Pemimpin, Belajar Tentang Amanah

Setelah 15 tahun menjadi guru, kepercayaan datang: saya diangkat menjadi Kepala Sekolah di SDN Lajoangin, sekolah yang dahulu menjadi awal pengabdian saya. Selama sekitar 3 tahun, saya belajar bahwa memimpin bukan berarti berdiri di depan, tetapi berjalan bersama, mendengar, dan memberi teladan.

Tugas dan amanah kemudian meningkat. Saya dipercaya menjadi Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Tanete Rilau selama 7 tahun. Di sinilah cakrawala pengabdian saya meluas, dari satu sekolah menjadi puluhan sekolah, dari membina guru menjadi membangun sistem pendidikan di tingkat wilayah. Saya memahami bahwa pendidikan bukan hanya urusan ruang kelas, tetapi juga tentang membangun masa depan sebuah daerah.

Menyelami Birokrasi, Menemukan Arti Kesabaran

Perjalanan hidup membawa saya melewati berbagai jabatan dan tanggung jawab. Adanya aturan pembubaran UPTD Pendidikan saat itu, saya sempat menjalankan tugas sebagai Pelaksana(Staf)) Pada Kantor Dinas Pendidikan sekitar 7 bulan, kemudian diberikan amanah sebagai Kasi GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan) yang saya jalani sekitar 9 bulan, dan kemudian dimutasi lagi menjadi Kasi Kurikulum dan Penilaian pun saya jalani selama 3 bulan. Walaupun singkat, setiap masa memberikan warna tersendiri. Saya belajar bahwa dalam birokrasi, setiap peran, sekecil apa pun  memiliki arti penting bila dijalani dengan penuh tanggung jawab dan ketulusan.

Dari Pendidikan ke Ekonomi Kreatif

Takdir kemudian membawa saya menapaki dunia yang berbeda, saya dipercaya menjadi Kepala Bidang Ekonomi Kreatif pada Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Barru selama 4 tahun. Dunia pariwisata dan ekonomi kreatif mengajarkan saya cara baru untuk melayani masyarakat. Saya belajar tentang potensi lokal, budaya, dan kreativitas masyarakat Barru yang begitu kaya. Dari ruang kelas saya beralih ke ruang publik, namun semangatnya tetap sama: membangun manusia, memberdayakan daerah, dan mengabdi dengan hati.

Kembali ke Akar Pengabdian

Setelah itu, perjalanan kembali membawa saya pulang ke dunia yang paling saya cintai, yaitu pendidikan. Saya dipercaya menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Barru selama 1 tahun 7 bulan. Amanah ini menjadi puncak sekaligus penutup indah dari perjalanan karier birokrasi saya. Sebagai Sekretaris Dinas, saya belajar tentang kepemimpinan yang matang, menjaga keseimbangan antara kebijakan dan kemanusiaan, serta memastikan pelayanan publik berjalan dengan integritas dan cinta kasih

Kembali Menjadi Guru, Pulang ke Rumah Sejati

Kini, di penghujung tahun 2025, tepatnya bulan Oktober,  setelah lebih dari tiga dasawarsa mengabdi di berbagai posisi, langkah ini membawa saya kembali ke titik awal menjadi guru. Bagi sebagian orang, mungkin ini terlihat sebagai langkah mundur. Namun bagi saya, ini adalah kepulangan yang penuh makna, kembali ke akar pengabdian, ke ruang kelas yang telah mengajarkan arti kehidupan.

Di sisa waktu menuju purna tugas pada tahun 2029, saya ingin menutup perjalanan ini dengan tenang dan tulus: mengajar dengan cinta, membimbing dengan pengalaman, dan menebar inspirasi bagi generasi penerus Kabupaten Barru.

Warisan yang Tak Berwujud

Ketika saya menoleh ke belakang, saya tidak melihat daftar jabatan, melainkan rangkaian kisah dan kenangan. Dari wajah-wajah siswa yang dulu saya ajar, dari rekan sejawat yang setia berjalan bersama, hingga masyarakat yang merasakan dampak kecil dari setiap langkah pengabdian ini.

Saya menyadari bahwa warisan terbesar bukanlah pangkat atau penghargaan, melainkan jejak kebaikan yang tertinggal di hati banyak orang. Dan jika kelak nama saya terlupa, biarlah semangat pengabdian ini tetap hidup, di setiap ruang kelas, di setiap senyum anak Barru, dan di setiap langkah ASN muda yang melanjutkan estafet perjuangan.

Karena pada akhirnya, pengabdian sejati adalah tentang memberi tanpa pamrih, dan tetap setia mengabdi, meski tanpa sorotan.”

*Penulis adalah:

-Guru Madya pada UPTD SDN 44 BARRU,.

-MANTAN SEKRETARIS DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KAB.BARRU.  

-DOSEN ITBA ALGAZALI BARRU. 

Posting Komentar untuk "REFLEKSI PERJALANAN PENGABDIAN (Mengabdi dengan Hati di Kabupaten Barru 1993–2025)"