Dari Belakang Rumah Nenek, Mengalir Hangatnya Semangat Budaya Barru

Barru —B88News.Id- Di sebuah rumah makan sederhana bernama “Belakang Rumah Nenek”, aroma rempah dari lauk bercampur wangi nasi hangat memenuhi udara siang itu. 

Tak ada jarak yang terasa antara tuan rumah dan tamu, hanya tawa yang sesekali pecah di sela obrolan santai. Di meja panjang yang tak terlalu formal itulah, Bupati Barru, Andi Ina Kartika Sari, S.H., M.Si., berbagi makan siang bersama Direktur Pengembangan Budaya Digital Kementerian Kebudayaan, Andi Syamsu Rijal. Rupanya mereka membahas rencana pelaksanaan Festival Budaya To Berru XIV dan Festival Lontara. 

Jamuan itu tentunya bukan sekadar agenda sambutan tamu. Ada makna yang lebih dalam, kehangatan yang menggambarkan wajah Barru: ramah, terbuka, dan menjunjung nilai kebersamaan. Di antara suapan nasi dan irisan sambal mangga, terselip semangat yang sama, menjaga dan menghidupkan kembali denyut budaya lokal.

Festival Festival Budaya To Berru XIV dan Festival Lontara bukan hanya pertunjukan seni, tetapi momentum untuk memperkuat jati diri kita sebagai masyarakat Barru yang berbudaya dan menjunjung tinggi warisan leluhur,” ujar Bupati Andi Ina dengan nada lembut, tapi penuh keyakinan.

Andi Ina tentunya tak sedang berbicara dalam forum resmi, melainkan di tengah keakraban makan siang yang sederhana. Namun, dari cara ia menyampaikan, terasa betul bahwa budaya bagi Barru bukan hiasan acara, tapi napas kehidupan.

Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsu Rijal, mengangguk pelan sambil tersenyum. 

“Barru menjadi contoh bagaimana nilai-nilai budaya bisa dihidupkan melalui kolaborasi dan partisipasi masyarakat,” katanya. 

Ucapannya mencair seperti suasana siang itu, ringan, tapi sarat penghargaan.

Turut hadir dalam kesempatan itu Pj. Sekretaris Daerah Barru, Abubakar, M.Si., Plt. Kepala Dinas Pendidikan A. Milawaty Abustan, S.Sos., M.M., serta panitia Festival Budaya To Berru XIV dan Festival Lontara. 

Tak ada meja berlapis taplak tebal atau pidato panjang, hanya percakapan hangat yang mengalir, seperti aliran ide dan niat baik yang sedang disatukan.

Dari tempat makan  dengan nama yang mengundang nostalgia — Belakang Rumah Nenek — lahir semangat baru untuk membawa Barru ke panggung budaya yang lebih besar. 

Siang itu, di antara aroma rempah dan canda yang bersahutan, terasa jelas bahwa perjalanan budaya Barru bukan dimulai dari rapat atau seremoni, melainkan dari ruang-ruang sederhana tempat hati dan komitmen bertemu.

Kelak, ketika  kolaborasi duaFestival, yakni Festival Budaya To Berru XIV dan Festival Lontara  digelar, mungkin tak banyak yang tahu bahwa sebagian semangatnya tumbuh dari meja makan siang itu, dari percakapan hangat, dari tangan-tangan yang saling berjabat, dan dari keyakinan bahwa menjaga budaya adalah bentuk paling tulus dari mencintai daerah sendiri. (syam) 


Posting Komentar untuk "Dari Belakang Rumah Nenek, Mengalir Hangatnya Semangat Budaya Barru"