Hari itu, Sabtu sore yang awalnya penuh semangat petualangan, berubah menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Bupati Barru, Andi Ina Kartika Sari.
Dalam agenda kegiatan Fun Off-Road Peduli Masyarakat Kamiri, bupati bersama rombongan menyusuri jalur ekstrem di kawasan hutan Kamiri. Namun, siapa sangka, perjalanan yang semula penuh tawa berubah menjadi ujian fisik dan mental saat kendaraan yang ditumpangi Bupati terjebak di jalur terjal hutan belantara.
Saat hujan deras mengguyur dan langit mulai gelap, medan yang licin dan penuh lumpur membuat sebagian kendaraan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Bupati dan rombongan harus turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki—tanpa alas kaki, hanya bermodalkan nyala senter dari ponsel.
Sekitar dua kilometer harus ditempuh di tengah gelap malam, hujan yang tak kunjung reda, dan jalan setapak yang penuh semak, curam, serta licin. Tak hanya itu, Bupati juga harus menyeberangi sungai dengan arus deras akibat banjir kiriman.
Sesekali terlihat beliau tertatih, namun tetap tegar melangkah, menolak untuk digendong atau didahulukan meski suasana hutan gelap mencekam.
“Waktu itu, yang saya pikirkan hanya satu: rombongan harus selamat dan tidak ada yang tertinggal. Kalau saya kuat, yang lain pasti bisa juga,” ungkap Bupati usai berhasil keluar dari kawasan hutan dalam keadaan selamat.
Bagi sebagian orang, pengalaman ini bisa menjadi trauma. Namun bagi Bupati Andi Ina, justru menjadi pembuktian bahwa pemimpin sejati bukan hanya berdiri di podium, tetapi juga hadir di medan paling berat bersama rakyatnya.
Peristiwa itu bukan hanya menggambarkan kekuatan fisik, tapi juga keteguhan hati seorang pemimpin perempuan yang tak kenal lelah. Meski tubuh dipenuhi goresan, kaki penuh lumpur, dan baju basah kuyup, semangatnya tak pernah redup.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa dalam gelap dan derasnya arus ujian, kepemimpinan yang tulus akan selalu menemukan jalan keluar, meski harus ditempuh dengan kaki telanjang dan cahaya seadanya.
Namun alih-alih mengeluh, Bupati yang juga dikenal sebagai penggemar olahraga lari ini justru mengambil hikmah dari pengalaman tersebut.
“Saya jadi teringat saudara-saudara kita di pelosok yang setiap hari harus berjalan jauh, menyusuri hutan dan sungai untuk sekolah, ke pasar, atau ke puskesmas. Mereka hidup tanpa fasilitas memadai, tapi tetap bertahan dengan semangat luar biasa", tutur Bupati.
Bupati perempuan pertama di Barru ini mengajak masyarakat yang hidup di kota untuk lebih banyak bersyukur. “Kita yang hidup di kota, dengan segala kemudahan dan fasilitas, kadang lupa bahwa ada saudara kita yang masih harus berjuang hanya untuk mendapatkan akses dasar,” tambahnya.
Perjalanan di tengah kegelapan dan hujan deras itu menjadi pelajaran tentang makna empati dan kepedulian. Bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang berdiri di depan, tetapi juga tentang merasakan langsung denyut kehidupan masyarakat, meski harus menempuhnya dengan kaki telanjang dan cahaya yang nyaris padam.(syam m. djafar)
Posting Komentar untuk "Kisah Dramatis Sang Bupati Wanita Melintasi Derasnya Arus Sungai di Tengah Kegelapan"