Tatapan dari Balik Tembok: Harapan Seorang Nenek pada Pangan Murah

Di balik tembok kusam yang mulai dimakan usia, sepasang mata renta tampak mengintip. Mata itu milik seorang nenek berkerudung hijau sederhana. 

Guratan garis di wajahnya seakan bercerita panjang tentang perjalanan hidup, tentang masa lalu yang penuh kerja keras, dan tentang hari ini yang masih diwarnai perjuangan untuk sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Nenek itu berdiri diam, hanya matanya yang bergerak, mengikuti keramaian di seberang tembok. Di sana, pemerintah sedang menggelar program Gerakan Pangan Murah (GPM). Warga berbondong-bondong membeli beras, minyak goreng dan gula pasir dengan harga terjangkau. 

Sementara sang nenek, dengan tatapan penuh harap, seolah menyimpan pertanyaan dalam hati: “Akankah aku juga bisa membawa pulang sedikit bahan pangan dari sini?”

Potret sederhana ini menjadi pengingat bahwa gerakan pangan murah bukan sekadar agenda rutin pemerintah. Ia adalah denyut nadi kehidupan bagi masyarakat kecil. Program ini tidak hanya menurunkan angka inflasi atau menjaga stabilitas harga, tetapi juga memberikan secercah rasa aman bagi rakyat yang sering kali dihimpit kegelisahan harga pasar.

Di balik tembok itu, tatapan seorang nenek seakan menyuarakan lebih lantang dari seribu kata. Ia menyampaikan pesan tanpa perlu berbicara, bahwa setiap kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil selalu dinanti, selalu dirindukan, dan selalu bermakna.

Pangan murah bagi sebagian orang mungkin hanya program, tetapi bagi sang nenek dan banyak warga lain, itu tentunya adalah harapan.

Kehadiran nenek itu, dengan tatapan penuh harapan dari balik tembok, menjadi simbol paling tulus dari arti penting pangan murah, sekaligus menjadi pengingat, bahwa di balik setiap butir beras dan gula pasir serta tetes minyak goreng yang dijual murah, tersimpan doa-doa rakyat kecil yang ingin hidup dengan lebih layak.

Tatapan itu mungkin singkat, tetapi pesannya begitu dalam, seolah ingin berkata: “Teruslah hadir untuk kami, karena setiap program seperti ini adalah nafas bagi kehidupan kami.”. (syam m. djafar) 





Posting Komentar untuk "Tatapan dari Balik Tembok: Harapan Seorang Nenek pada Pangan Murah"